Oleh : Bolodewe Traveler
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat Bolodewe Traveler!
Ada aroma yang tak pernah gagal membuat kami rindu pada Blora — aroma ikan bakar yang mengepul dari pinggiran Waduk Tempuran di Desa Tempuran, Kecamatan Blora. Setiap kali angin berhembus dari arah waduk, tercium campuran wangi bumbu rempah, arang menyala, dan semilir udara segar pedesaan. Rasanya seperti panggilan lembut untuk datang, duduk, dan menikmati hidup perlahan.
πΎ Suasana yang Menyapa Sejak Pertama Langkah
Blora, kabupaten paling timur di Jawa Tengah, ternyata menyimpan kejutan rasa di balik kesederhanaannya. Di tepi Waduk Tempuran yang dibangun sejak 1916, deretan warung lesehan ikan bakar berjajar rapi, masing-masing dengan aroma khasnya. Begitu sampai, mata langsung dimanjakan oleh pemandangan air waduk yang tenang, pepohonan rindang, dan tawa keluarga yang sedang bersantap sambil menikmati udara sejuk.
Bagi kami di Tim Bolodewe Traveler, tempat ini bukan sekadar lokasi makan — tapi ruang untuk meresapi keseimbangan antara alam, cita rasa, dan kebersamaan. Tak jarang, kami mengadakan pertemuan dengan rekan dari luar kota di sini. Entah kenapa, ide-ide segar selalu muncul saat ditemani sepiring ikan bakar panas dan semilir angin waduk.
π₯ Rahasia Nikmat Ikan Bakar Waduk Tempuran
Di sinilah keajaiban Blora terasa — bumbu ikan bakarnya meresap sampai ke dalam daging!
Ikan nila, mujair, atau lele dibakar perlahan di atas arang, dioles bumbu kecap khas Blora yang berpadu cabai, bawang, dan rempah pilihan. Saat ikan mulai mengeluarkan aroma gurih dan kulitnya sedikit gosong, air liur seakan tak sabar menunggu giliran.
Di Lesehan Iwak Kali, misalnya, dengan Rp50 ribu saja, sudah bisa menikmati seporsi ikan bakar lengkap dengan nasi hangat dan segelas es teh manis. Murah, lezat, dan dijamin wareg!
Sambil makan, mata dimanjakan oleh panorama waduk yang tenang — kadang terlihat perahu kecil melintas, atau anak-anak yang riang bermain di kolam renang mini milik pemilik lesehan.
“Rasanya enak banget, bumbunya nendang, apalagi makannya sambil lihat waduk,” ujar salah satu pengunjung sambil menambahkan sambal ke piringnya.
π Ramah Keluarga, Asri, dan Penuh Kenangan
Setiap akhir pekan, Waduk Tempuran seolah hidup kembali. Suara tawa anak-anak berpadu dengan bunyi percikan air dan dentingan piring di warung. Keluarga datang dari berbagai daerah, tak hanya untuk makan, tapi juga menikmati udara segar, bersantai, dan melepas penat.
Namun, kami juga selalu mengingatkan — jika membawa anak-anak berenang di kolam lesehan, pastikan pengawasan tetap diutamakan. Keselamatan adalah bagian dari rasa syukur saat berwisata.
π Dari Waduk ke Warung, Dari Rasa ke Rasa Syukur
Siapa sangka, waduk yang awalnya dibangun sebagai cadangan air untuk pertanian dan budi daya ikan kini menjelma menjadi pusat wisata kuliner dan olahraga air. Tahun demi tahun, Waduk Tempuran terus berkembang — menjadi tempat pertemuan, pelatihan dayung, hingga lokasi kuliner paling hits di Blora.
Setiap ikan yang dibakar di tepi waduk ini membawa cerita panjang: tentang kerja keras petani ikan, kearifan lokal, dan cita rasa yang tak lekang oleh waktu.
✨ Penutup dari Tim Bolodewe Traveler
Sahabat Bolodewe, jika suatu hari kamu lelah dengan hiruk pikuk kota, datanglah ke sini. Duduklah di pinggir waduk, biarkan angin membelai wajahmu, dengarkan gemericik air, dan nikmati ikan bakar yang menggoda lidahmu. Di situlah kamu akan tahu — bahagia itu sederhana, sesederhana makan ikan bakar di tepi Waduk Tempuran bersama orang-orang yang kamu sayangi.
πΏ
Salam hangat dari kami, Tim Bolodewe Traveler — Menelusuri Jejak, Merangkai Cinta untuk Negeri.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
0 comments:
Posting Komentar