✨ Napak Tilas Spiritual ke Makam Syekh Abdul Jabbar: Menyusuri Jejak Sang Pejuang dan Wali Allah dari Tanah Pajang ✨

Foto : Makam Syekh Abdul Jabbar

Feature Religi — Edisi Oktober 2025 | Oleh Tim Bolodewe Traveler

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sahabat Bolodewe Traveler, perjalanan kali ini bukan sekadar wisata biasa. Ini adalah perjalanan hati, napak tilas penuh makna menuju sebuah tempat yang menyimpan kisah perjuangan, pengorbanan, dan spiritualitas tinggi. Kami melangkahkan kaki menuju Desa Mulyoagung, Nglirip, Singgahan, Tuban—tanah yang tidak hanya indah dengan air terjun dan perbukitan, tetapi juga disucikan oleh jejak para wali.

Tujuan kami: berziarah ke makam Syekh Abdul Jabbar dan makam gurunya, Mbah Ganyong atau Mbah Sarkowi.


Foto : Pintu Masuk Makam Syekh Abdul Jabbar

🌿 Langkah Awal di Bumi Wali

Tuban, selain dikenal sebagai tanah kelahiran Ronggolawe, juga tersohor sebagai Bumi Wali. Di setiap lekuk tanahnya, tersimpan kisah tentang para penyebar Islam yang gigih menebarkan cahaya tauhid. Salah satunya adalah Syekh Abdul Jabbar, atau yang akrab disebut Mbah Jabbar, seorang tokoh besar yang dimakamkan di atas bukit Desa Mulyoagung—berseberangan langsung dengan wisata air terjun Nglirip yang memesona.

Makamnya tidak pernah sepi. Peziarah datang silih berganti dari penjuru negeri: Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan dari negeri seberang, Malaysia. Mereka datang dengan niat yang sama—mencari keberkahan dan mengharap syafaat dari perjuangan seorang hamba Allah yang mulia.


Foto : Mbah Nur Juru Kunci Makam

🌸 Jejak Sang Pangeran yang Merendah

Menurut penuturan juru kunci makam, Mbah Nur, Mbah Jabbar sejatinya bernama Pangeran Sumoyudo, keturunan langsung dari Kerajaan Pajang (Surakarta). Ia memiliki darah biru, garis keturunan bangsawan. Namun di balik darah kerajaan itu, tersimpan jiwa yang rendah hati dan bersahaja.

Tidak ada kemewahan, tidak ada kesombongan. Yang ada hanyalah seorang manusia yang menundukkan diri di hadapan Sang Pencipta, memilih hidup sederhana untuk menebar ilmu dan kebaikan.

Dan masih menurut mbah nur bahwa sering santri yang hafidz Qur'an melakukan Riyadloh di sini di Sekitar Makam Mbah Abdul jabbar. bahkan sampai 40 hari .


Foto : Area Luar Makam Mbah Sarkowi(mbah ganyong)

⚔️ Dari Panglima Perang Menjadi Penyebar Dakwah

Sebelum dikenal sebagai tokoh dakwah, Pangeran Sumoyudo adalah panglima perang gagah dari Kerajaan Pajang. Namun ketika kerajaan itu kalah dari penjajahan Belanda sekitar tahun 1628-1629, sang panglima harus melarikan diri untuk menyelamatkan diri dan menjaga kehormatan.

Langkah kakinya membawanya jauh ke timur, hingga ke wilayah Singgahan, Tuban. Di sana, ia bertemu seorang tokoh sakti dan alim bernama Mbah Sarkowi, atau Mbah Ganyong. Dari gurunya inilah, Pangeran Sumoyudo menemukan arah baru dalam hidupnya—jalan dakwah, jalan menyebarkan Islam dengan kasih sayang dan ilmu.

Mereka berdua bukan hanya guru dan murid, melainkan dua cahaya yang menerangi tanah Singgahan dengan ajaran tauhid, kesabaran, dan keteladanan.

Foto : Makam Mbah Sarkowi(Mbah Ganyong)

🌹 Wangi dari Langit

Setelah bertahun-tahun berdakwah, Mbah Jabbar akhirnya berpulang. Namun kepergiannya bukanlah akhir. Saat jenazahnya dimandikan, aroma harum semerbak menyelimuti seluruh desa. Warga menyebut peristiwa itu sebagai “gondowangi”—tanda bahwa sang wali berpulang dalam ridha Allah.

Konon, wangi itu tidak hanya tercium di sekitar makam, tapi hingga keluar desa, seolah angin pun ikut membawa kabar bahagia bahwa seorang kekasih Allah telah kembali ke pangkuan-Nya.


🌙 Haul dan Doa Tak Pernah Padam

Untuk mengenang perjuangan beliau, setiap tanggal 17 Muharram, masyarakat Mulyoagung dan para peziarah dari berbagai daerah menggelar haul akbar Mbah Jabbar. Peringatan ini bisa berlangsung tiga hari dua malam, penuh dzikir, doa, dan lantunan shalawat.

Bukan sekadar ritual, tapi manifestasi cinta dan penghormatan atas perjuangan seorang manusia yang mengorbankan segalanya demi tegaknya Islam di tanah Jawa.


💫 Hikmah Perjalanan

Napak tilas ini membuat kami merenung:
Bahwa dalam setiap langkah, ada pelajaran tentang keikhlasan dan keteguhan iman.
Bahwa kemuliaan bukan terletak pada darah biru, tetapi pada ketundukan hati kepada Allah.
Bahwa harum nama seseorang bukan dari harta atau tahta, melainkan dari amal dan perjuangan yang tulus.


Sahabat Bolodewe Traveler, semoga perjalanan spiritual ini menambah keyakinan kita, bahwa di setiap jengkal tanah Nusantara, ada jejak para kekasih Allah yang mengajarkan makna sejati dari hidup—menjadi hamba yang bermanfaat bagi sesama dan selalu bersyukur kepada-Nya.

🌿 Doa Penutup Perjalanan Ziarah

اللهم اجعل سفرنا هذا سفراً مباركاً، وارجعنا منه مغفوراً مأجوراً، ولا تجعل لنا فيه ولا بعده ذنباً إلا غفرته، ولا حاجةً من حوائج الدنيا والآخرة إلا قضيتها برحمتك يا أرحم الراحمين.

Allāhummaj‘al safaranā hādzā safaran mubārakan, warji‘nā minhu maghfūran ma’jūran, wa lā taj‘al lanā fīhi wa lā ba‘dahu dzamban illā ghafartahu, wa lā hājatan min ḥawā’iji d-dunyā wal-ākhirah illā qaḍhaitahā biraḥmatika yā Arḥamar Rāḥimīn.

“Ya Allah, jadikanlah perjalanan kami ini perjalanan yang penuh berkah. Kembalikan kami darinya dalam keadaan diampuni dan diberi pahala. Jangan Engkau biarkan satu pun dosa kami, kecuali Engkau ampuni. Dan jangan Engkau biarkan satu pun hajat dunia dan akhirat kami, kecuali Engkau kabulkan dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”


🌸 Dzikir Penutup (untuk dibacakan bersama)

Subhānallāh walhamdulillāh wa lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.”

🌺 Dzikir ini melambangkan penyucian diri dan rasa syukur setelah menapaki perjalanan yang penuh hikmah.


💫 Doa Khusus Ziarah Wali

اللهم بحق أوليائك الصالحين، وببركة عبادك المقربين، أنر قلوبنا بنور الإيمان، واجعلنا من الذين تحبهم وترضى عنهم، واغفر لنا ولوالدينا وللمسلمين أجمعين.

Allāhumma biḥaqqi auliyā’ika ṣ-ṣāliḥīn, wabarakati ‘ibādika al-muqarrabīn, anir qulūbanā binūril īmān, waj‘alnā mina alladzīna tuḥibbuhum wa tarḍā ‘anhum, waghfir lanā wa liwālidaynā walil-muslimīna ajma‘īn.

“Ya Allah, dengan hak para wali-Mu yang saleh dan berkah hamba-hamba-Mu yang dekat kepada-Mu, terangilah hati kami dengan cahaya iman. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang Engkau cintai dan ridhai. Ampunilah kami, kedua orang tua kami, serta seluruh kaum muslimin.”


“Semoga setiap langkah yang kita tapaki menjadi saksi di hadapan Allah, bahwa kita pernah datang dengan kerendahan hati, mencari ilmu, meneladani perjuangan para kekasih-Nya, dan berjanji untuk terus menebarkan kebaikan.”

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
🕊️ Bolodewe Traveler – Menapak Jejak, Menyentuh Iman.


Video Lengkap Perjalanan Kami Kunjungi YouTube kami :



Share on Google Plus

About BOLODEWE TRAVELER

0 comments:

Posting Komentar